Skip to main content

Tuhan Tidak Pernah Bimbang, Selalu Imbang

Aku tersentuh,

Tertohok akan kalimat yang di ucapkan Lia...

Tentang risau yang menggelora, tentang pilihan yang sulit dipilih, tentang rasa yang sulit dipisahkan dan tentang air mata yang tak terbendung (lagi). Gelisah, kecewa dan cucuran air mata, siapa yang siap untuk merasakannya?

Patah hati yang dalam hingga ke relung jiwa, bukan mudah untuk melupakan, atau bahkan hanya menyingkirkan. Bukan mudah untuk selalu perhatian tanpa mendapatkan kepastian. Bukan mudah untuk melupakan bersamaan dengan merelakan. Bukan mudah, sungguh dibuatnya tidak menjadi mudah.

Sakit. Semoga tidak menjadi penyakit, biarlah hatinya melekit asal tidak menjangkit.  

Pedih. Sudah pasti.

Tapi coba kau tanyakan benar dalam hati, apakah ia laki-laki yang pantas untuk kau tangisi? Atau sebenarnya hanya untuk amunisi menguatkan hati untuk hal yang lebih peri?

Aku pernah sakit hati, bukan karna ditinggal pergi, tapi karna tidak lagi dipercayai.
Jangan tertawa. Andai aku bisa pergi, aku ingin pergi mencari yang bisa mempercayai. Tapi hati sudah terikat janji, apa daya hanya bisa berserah diri.

Sayang,

Andai pilihan bukan untuk dipilih.
Andai kehadiran bukan untuk ditanyakan.
Andai kesempatan tidak dilewatkan.
Bolehkah selamanya menjadi kenyataan?

Adalah air mata yang membuatku lemah. Berlutut aku dihadapan ego yang tak mampu ku kuasai. Bersumpah serapah didalam hati, bertanya mengapa Kau begitu sakti.

Cinta, apakah benar cinta didalam hati? Bukankah Cinta sedang menunggu Rangga yang tiada kabarnya?

Oh bukan.
Cinta itu ada didalam pikiran, sebab itu ia mengacau jalan kehidupan. Meruntuhkan angan masa depan, mengabadikan kenangan dan melepaskan genggaman.

Mungkin benar Tuhan selalu imbang, tapi kenapa membuat umatnya bimbang?

Mungkin benar Tuhan selalu imbang, tapi kenapa perasaan ini selalu ditimbang-timbang?

Ah tidak,
Tuhanku selalu imbang, kau saja yang jual tampang.

#CIH

Comments

Popular posts from this blog

#WEDDINGPREPARATION: Beli atau Pake Vendor Hias Seserahan?

Sekarang pernikahan menjadi sebuah industri besar yang juga menjadi penyumbang pergerakan ekonomi Indonesia. Gimana nggak, setiap elemen dari pernikahan menjadi ladang bisnis yang tumbuh subur. Dengan iming-iming, "supaya bagus kalo di upload di instagram" atau "sekali seumur hidup", maka calon pengantin pun dengan rela, ikhlas dan kesanggupan hati menyerahkan seluruh harta dan saldo di rekening kepada vendor pernikahan. Ckckckckckck Pesta cuma sehari-semalam, rela gitu dikeesokan hari kita jadi miskin berkepanjangan? Salah satu elemen pernikahan yang dilirik oleh calon pengantin adalah jasa hias baki seserahan atau hantaran. Bagi capeng yang bekerja full day (kaya saya), mungkin menggunakan vendor hias baki adalah salah satu cara paling mudah untuk menghemat waktu dan tenaga, hihihi. Tapi hal ini bisa dipertimbangkan lagi sih. Awalnya saya mempertimbangkan untuk membeli baki dan menghiasnya sendiri. Saya pun akhirnya membeli baki di Pasar Atom

#WEDDINGPREPARATION : Rekomendasi Hotel Paling Dekat Pasar Atom

1 September lalu saya putuskan untuk mulai melengkapi segala kebutuhan perlengkapan pernikahan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Saya pergi di saat long weekend dengan izin terlambat masuk satu jam di hari kerja berikutnya. Puji Tuhan, bos saya baik HAHA. Karena akan banyak menghabiskan waktu di sekitar Pasar Atom, Pusat Grosir Surabaya dan Jembatan Merah Plaza, maka saya memutuskan untuk menginap di Pop Hotel .  Lokasinya persis dibelakang Pasar Atom, jadi cuma melangkah setempongan doang udah nyampe. Pokoknya dijamin bisa merajai Pasar Atom deh kalo nginep sini. Jam 10.00 WIB mulai beroperasi, jam segitu juga saya udah nongkrong disana, hihihi. Interior Pop Hotel terkesan dinamis dan eco green banget yah, hihihi. Nah, enaknya di hotel ini, kalau kalian duduk di lobby, suer, anginnya kenceng banget. Ibarat kata nih, kalau pake dress, itu rok mungkin akan sampe terbang-terbang saking kenceng anginnya. Entah kenapa bisa ada angin sekenceng itu, padahal Surabay

Pernikahan?

Setiap kita pasti penasaran, dengan siapakah kelak akan menghabiskan masa tua bersama? Siapa yang akan menjadi teman dalam menghadapi suka dan duka di sisa usia. Dari zaman dulu hingga kini, pernikahan seringkali dianggap sebagai sebuah solusi dari masalah. Malas kuliah? Nikah. Malas kerja? Nikah. Malas skripsi? Nikah. Punya utang? Nikah. Emangnya laki-laki itu porter? Yang tugasnya memikul bebanmu? Bukan Menurut saya, pernikahan bukanlah pelimpahan beban hidup, melainkan sebenarnya adalah  sharing  beban. Beban mu dan bebannya menjadi satu, dihadapi oleh dua kepala, makanya orang bijak bilang, masalah kalau dihadapi oleh dua kepala pasti akan ringan. Tapi, apakah perempuan selemah itu hingga kita butuh laki-laki untuk menyelesaikan masalah? Apakah perempuan se-penakut itu sehingga menghindari masalah yang ia buat sendiri? Kita tumbuh dengan hak dan kewajiban yang sama. Kita sekolah, beribadah, kerja dan bayar pajak yang sama. Tapi kenapa kita menolak untuk memiliki beban