Skip to main content

#WEDDINGPREPARATION: Beli atau Pake Vendor Hias Seserahan?



Sekarang pernikahan menjadi sebuah industri besar yang juga menjadi penyumbang pergerakan ekonomi Indonesia. Gimana nggak, setiap elemen dari pernikahan menjadi ladang bisnis yang tumbuh subur. Dengan iming-iming, "supaya bagus kalo di upload di instagram" atau "sekali seumur hidup", maka calon pengantin pun dengan rela, ikhlas dan kesanggupan hati menyerahkan seluruh harta dan saldo di rekening kepada vendor pernikahan.

Ckckckckckck
Pesta cuma sehari-semalam, rela gitu dikeesokan hari kita jadi miskin berkepanjangan?
Salah satu elemen pernikahan yang dilirik oleh calon pengantin adalah jasa hias baki seserahan atau hantaran. Bagi capeng yang bekerja full day (kaya saya), mungkin menggunakan vendor hias baki adalah salah satu cara paling mudah untuk menghemat waktu dan tenaga, hihihi. Tapi hal ini bisa dipertimbangkan lagi sih.

Awalnya saya mempertimbangkan untuk membeli baki dan menghiasnya sendiri. Saya pun akhirnya membeli baki di Pasar Atom. Nama tokonya adalah Toko Dewi. Kebetulan yang menjual adalah seorang aie (nenek), 26 tahun bergelut dibidang hias baki hantaran. Akhirnya setelah cerita panjang lebar, saya beli 10 baki untuk hantaran. Termasuk baki untuk ampau dan ternyata baki untuk ampau itu mahal sendiri dong, Rp. 275.000,-. Untuk biaya keseluruhan, saya harus membayar kurang lebih Rp. 3.000.000,-. Iya, sebesar itu. Tentunya dengan kualitas baki yang bagus yah. Bakinya kokoh, kuat dan bagus. Dibuat dengan rapi dan teliti sekali oleh aie.

Sebenarnya keputusan utnuk membeli atau menggunakan vendor hias adalah tergantung kamu sendiri. Beberapa hal yang bisa dijadikan bahan pertimbangan, adalah ;

1. Waktu
Kamu punya waktu nggak untuk mencari baki? Bahkan untuk mencarinya pun nggak cukup waktu sejam loh, banyak banget modelnya jeeng. Setelah mencari baki pun masih banyak PR yang harus dikerjakan. Kamu jago nghias nggak? Mmm, its okay, kalo nghias sih masih bisa nyontek di youtube yah, tapi punya waktu nggak? Kamu kerja nggak? Bahkan untuk menghias pun kamu harus mencari printilan hiasan untuk mempercantik baki hantaranmu. Jadi, intinya, kamu punya waktu nggak untuk sekedar menghias baki?

2. Biaya
Tanpa kita sadari, sebenarnya biaya hias baki sendiri atau menggunakan jasa hias adalah kurang lebih sama. Kalau pake jasa hias, kita cuma bayar sewa baki dan jasa hiasnya aja. Umumnya, jasa hias baki cuma Rp. 50.000/baki. Tapi kalau menghias sendiri, otomatis pengeluaran akan lebih besar karena kita harus membeli semua peralatannya sendiri.

Misalnya aja saya, saya membeli baki sendiri dengan biaya Rp. 150.000/baki, bahkan itu cuma baki doang. Belum penutup akrilik atau mika, makin mahal lagi. Untuk penutup mika aja saya bayar Rp. 50.000/pcs, untuk penutup akrilik harganya lebih mahal lagi. Hampir sama dengan harga baki. Itu hanya untuk baki, belum untuk hiasannya. Bunga, kain tile dan lem, bunga 1 bouquet aja harganya Rp. 50.000 dengan rincian; 5 kuncup bunga dan beberapa helai daun. Kalau digunakan untuk menghias, berapa banyak bunga yang saya gunakan?

See?

Jangan sampai salah perhitungan kaya saya :(((


3. Makna
Kadang, untuk hias hantaran pun nggak sembarangan. Jumlah baki dan hiasan hantaran pun penuh makna. Misalnya; keturunan Tionghoa memiliki kepercayaan terhadap jumlah baki. Misal, baki harus berjumlah 6, 10, 12 dan isi dari baki nggak boleh warna putih dan lain sebagainya. Kalau kita menghias sendiri, artinya kita harus tau juga aturan yang berlaku. Jangan asal main sikat aja, ntar diomelin keluarga loh, hehehe.

Salah satu yang bikin nyaman kalau menggunakan vendor hias adalah kita nggak perlu lagi mikirin harus ini itu atau gimana aturannya. Biasanya vendor sudah tau dan hafal dari kebiasaan para client. Jadi kita hanya mengikuti saran dari mereka dan menyiapkan barang. Bereskan?

4. Setelah pernikahan, bakinya dipake buat apa?
Pertanyaan paling mendasar ketika memutuskan untuk membeli baki sendiri adalah setelah pernikahan baki mau dipake buat apa? Akuarium? Wadah kolor? Buat apa? Kalau cuma bakal memenuhi rumah dan menjadi barang yang nggak akan dipake, mungkin memang menyewa adalah opsi paling baik untuk menghindari pengeluaran yang sangat besar.

Baki Hantaran yang Dikirim dari Surabaya
Im totally shocked dengan jasa pengiriman baki ini. Saya menggunakan Cargo dari Surabaya untuk dikirim ke kota Sampit. Saya beranggapan biayanya akan jauh lebih murah menggunakan cargo daripada kurir karena menggunakan timbangan yang besar. Apalah berat 10 baki ini, sampe saya harus membayar Rp. 875.000 untuk biaya cargo dan Rp. 150.000 untuk biaya pengepakan. Padahal saya punya pengalaman mengirimkan barang dari Jogja yang beratnya 150kg, pun hanya membayar Rp. 675.000.

Pengeluaran menjadi bengkak-se-bengkak-bengkaknya. Pertimbangkanlah kalau kamu mau membeli baki untuk pernikahan apalagi bagi yang membelinya diluar daerah. Pertimbangkan untuk biaya pengiriman dan pengepakan. Jangan sampai kita harus keluar biaya lebih hanya untuk sebuah baki. Sementara banyak elemen pernikahan lainnya yang lebih penting dari hanya sebuah baki saja.

Comments

Popular posts from this blog

Pernikahan?

Setiap kita pasti penasaran, dengan siapakah kelak akan menghabiskan masa tua bersama? Siapa yang akan menjadi teman dalam menghadapi suka dan duka di sisa usia. Dari zaman dulu hingga kini, pernikahan seringkali dianggap sebagai sebuah solusi dari masalah. Malas kuliah? Nikah. Malas kerja? Nikah. Malas skripsi? Nikah. Punya utang? Nikah. Emangnya laki-laki itu porter? Yang tugasnya memikul bebanmu? Bukan Menurut saya, pernikahan bukanlah pelimpahan beban hidup, melainkan sebenarnya adalah  sharing  beban. Beban mu dan bebannya menjadi satu, dihadapi oleh dua kepala, makanya orang bijak bilang, masalah kalau dihadapi oleh dua kepala pasti akan ringan. Tapi, apakah perempuan selemah itu hingga kita butuh laki-laki untuk menyelesaikan masalah? Apakah perempuan se-penakut itu sehingga menghindari masalah yang ia buat sendiri? Kita tumbuh dengan hak dan kewajiban yang sama. Kita sekolah, beribadah, kerja dan bayar pajak yang sama. Tapi kenapa kita menolak untuk memili...

Is He The One?

Aku mau yang ganteng, tinggi, mapan, pekerja keras, tabungannya besar, punya rumah pribadi, mobil pribadi, rajin ke gereja, taat sama Tuhan, pengusaha dan endebreh endebreh endebreh Gitulah kalo masih muda. Saat saya sendiri masih kebanyakan maunya. Mau laki-laki yang sempurna dan bisa bikin iri seluruh wanita di jagat raya ini. Pokoknya maunya yang sempurna dan merasa bahwa kesempurnaan itu nggak akan pernah buat saya menyesal seumur hidup. Jadi kudu wajib dan harus yang terbaaeeeekkk. Itu dulu... Saat saya masih belia. Saat percaya akan mitos soulmate . Saat percaya bahwa hidup adalah cinta dan cinta adalah hidup. Saat mimpi masih setinggi langit dan belum kenal akan kerasnya kehidupan. Belum kenal akan kejamnya mertua yang memang tidak pernah menyetujui sebuah hubungan, belum kenal akan kejinya tuntutan hidup dan belum tau kalau perbedaan visi misi bisa membuat kita jengkel sampai akhir hayat. Belum. Sampai suatu saat, saya ngobrol sama senior dikantor, saat itu saya seda...

Tuhan Tidak Pernah Bimbang, Selalu Imbang

Aku tersentuh, Tertohok akan kalimat yang di ucapkan Lia... Tentang risau yang menggelora, tentang pilihan yang sulit dipilih, tentang rasa yang sulit dipisahkan dan tentang air mata yang tak terbendung (lagi). Gelisah, kecewa dan cucuran air mata, siapa yang siap untuk merasakannya? Patah hati yang dalam hingga ke relung jiwa, bukan mudah untuk melupakan, atau bahkan hanya menyingkirkan. Bukan mudah untuk selalu perhatian tanpa mendapatkan kepastian. Bukan mudah untuk melupakan bersamaan dengan merelakan. Bukan mudah, sungguh dibuatnya tidak menjadi mudah. Sakit. Semoga tidak menjadi penyakit, biarlah hatinya melekit asal tidak menjangkit.   Pedih. Sudah pasti. Tapi coba kau tanyakan benar dalam hati, apakah ia laki-laki yang pantas untuk kau tangisi? Atau sebenarnya hanya untuk amunisi menguatkan hati untuk hal yang lebih peri? Aku pernah sakit hati, bukan karna ditinggal pergi, tapi karna tidak lagi dipercayai. Jangan tertawa. Andai aku bisa perg...