Skip to main content

#WEDDINGPREPARATION :Budget Kain Untuk Keluarga dan Cara Menyiasatinya


Dalam pesta pernikahan, seringkali keluarga menggunakan warna baju yang senada.

Apakah itu perlu?

Padahal...

Memperbesar Pengeluaran

Even saya sendiri membagikan kain untuk keluarga, jujur saya masih mikir, apa sih fungsinya seluruh keluarga besar menggunakan warna baju yang sama? It was totally insane. Keluarga nggak akan ilang atau nggak akan nggak kenal dengan keluarga lainnya dengan situasi kita berada di gedung yang sama.

Kenapa saya ngomong begini?

Karena, generasi milenial zaman now sudah nggak pakem lagi sama kebiasaan zaman dulu yang menghabiskan banyak biaya untuk sebuah pesta *DIKEPLAK*. Bukan begitu, budget kain untuk keluarga itu sangat besar. Per-orang membutuhkan dana minimal Rp. 150.000 untuk kain doang. Belum lagi ongkos makeup yang biasanya dibebankan pada pengantin.

Zuzur aza ya, kebanyakan pengantin adalah anak yang masih belia. Pun sudah kerja, penghasilan kita hanya seuprit, bahkan untuk liburan tiap bulan pun kurang *DITENDANG*. Bagi saya dan pasangan, sebenarnya kami nggak mengharapkan sebuah pesta, cukup acara pemberkatan, makan keluarga, bincang-bincang, selesai. Saya kurang tertarik dengan pesta megah dan mewah, terlalu banyak waktu untuk mempersiapkannya. Terlalu banyak yang harus diatur dan dipikirkan. Maklum, buruh udah terlalu capek dengan segala urusan kantor, nggak pengen nambah pikiran lagi. Pesta pernikahan itu uangnya nggak sedikit, butuh ratusan juta untuk mewujudkannya. YA NGGAK?

Syukurlah, kebutuhan pernikahan kami dibantu oleh orang tua (itupun karena kami berdalih nggak punya budget untuk pesta, plis kita syukuran biasa aja). Kami hanya menambahkan sedikit pernik aja, misal; baju, makeup, souvenir, undangan, cincin dan tetekbengek prewedding. Memikirkan printilan ini aja udah mau nangis, apalagi yang lainnya.


Cara Pilih Kain

Saran saya ketika belanja kain adalah NGGAK USAH PEGI SAMA CALON SUAMI LAU. Berdasarkan pengalaman, saya memilih kain dengan cukup cepat. Bukan karena saya jago, tapi pasangan saya udah merengek laper dan mukanya udah mengkerut kaya terong yang udah kisut karena saya kebanyakan nawar dan milih kain.

Kalau ditanya, " Babe ini bagus nggak?" Terserah kamu, kamu yang tau warna apa yang bagus. "Babe warna ini atau ini?" Ah sama aja sayang. Nggak lama kemudian doski undah berbisik, "Nggak usah kebanyakan nawar dan milih, udah laper, pengen makan pizza. Pilih ini aja biar cepet kelar.".
Coba bayangkan, saya nggak paham kain, tapi dengan waktu cepet disuruh milih diantara kain yang banyak ini. 

Gile lu ndro...


Beberapa tips membeli dan memilih kain untuk keluarga besar:

1. Pilih kain yang berbahan adem dan murah
Karena membeli kain untuk keluarga besar, otomatis kita bakal beli kain dalam jumlah besar. Supaya budget tetap aman terkendali, usahakan membeli kain yang berbahan bagus dan murah. Misalnya aja bahan velvet, kainnya jatuh, tebal (nggak terawang) dan adem. Berbeda dengan kain satin. Kain satin memang murah, tapi kurang tebal dan agak panas.

Atau yang paling mudah bagi kita yang awam kain, bisa membawa contoh dress yang pengen dibikin. Minta rekomendasi dari pramuniaga kain jenis apa yang bagus. Nanti bakal diberikan contoh kain yang cocok. Selalu tanyakan kain yang termurah pada jenis kain ini. Hal ini memudahkan kita untuk membandingkan jenis kain, daripada kita keluar masuk toko kain nggak jelas juntrungannya.

Saya lebih memilih untuk membandingkan jenis kain di satu toko daripada harus membandingkan harga kain di satu toko ke toko lainnya. Hal itu lebih sulit, sungguh. Selain itu, saya memilih tema pernikahan dengan beberapa opsi warna. Soalnya, kadang warna kain yang kita pengen terbatas jumlahnya atau bahkan nggak ada yang jual. Nggak mau kan muter-muter toko kain hanya karena hal sepele kaya gitu?

2. Kain dasar
Untuk menghemat pengeluaran, bisa disiasati dengan hanya memberi kain dasar. Misalnya tema kita warna pink, ya cukup beli kain polos warna pink aja. Untuk aksen atau brokat, biar pihak penerima yang menambahkan. Cukup diberikan info aja, warna apa yang sesuai dengan tema. Biasanya pihak keluarga bersedia dan memahami kok. Atau, gunakan tema dengan seragam polos tetapi dengan varian baju yang berbeda-beda. Asal kita pinter mix n match  warna kain, hasilnya juga pasti cantik kok.

Dengan begitu kita bisa menghemat biaya brokat. Umumnya, harga brokat yang bagus mulai dari Rp. 150.000/m. Bayangkan kalau kita memberikan ke 20 orang keluarga aja, berapa biaya yang dikeluarkan hanya untuk brokat?

3. Tanya ketersediaan jumlah kain
Hal lain yang harus dipertimbangkan ketika membeli kain adalah tanyakan jumlah stok kain. Karena percuma kita udah ketemu warna, ketemu harga tapi pernyata stoknya nggak cukup. Ketika saya membeli kain, saya selalu tanya stok kain diawal, supaya nggak panjang lebar habis waktu taunya stok kainnya nggak ada.

Usahakan membeli kain dalam satu toko. Karena jarang satu toko dengan toko lainnya memiliki stok sama atau bahkan warna yang kita hendaki ditempat lain masih ada. Kalau membeli dengan trik kaya gitu, itu namanya gambling. Terlalu beresiko tinggi. Gimana jadinya kita udah beli 30m kain di toko A, 5m kainnya beli ditempat yang berbeda, sementara ditempat lain nggak ada kain kaya gitu?

4. Tawar
Tawarlah dengan nilai serendah mungkin, hahaha. Rumusnya sih begitu, cuman untuk beberapa kain, pihak toko jarang bisa memberikan diskon besar. Contoh kain polos yang saya beli, diskonnya cuma seribu per meter, pindah ketempat lain pun selisih cuma seribu dan bahkan ada yang cuma selisih lima ratus. Mau keliling lagi juga buang-buang waktu, selisih seribu nggak seberapa karna kita belinya juga dibawah 100m. Yasudahlah...

5. Cek 
Ketika membeli, biasanya kita ditawarkan untuk dipotong atau dibawa langsung, saran saya minta dipotong aja. Kalau bawa segede gambreng kita susah membagi, apalagi membawanya. Ketika pramuniaga memotong kain, perhatikan benar-benar panjang kain yang dipotong sesuai dengan ukuran yang kita minta. Jangan sampai kita beli 3m, dipotongnya cuma 2m, kan rugi yah.

Perhatikan juga stempel kain. Biasanya pada bagian ujung kain ada stempel nama, tentu kita nggak mau dong beli kain yang ada stempelnya. Nggak kepake. Nah perhatikan hal itu dan minta pramuniaga supaya nggak nghitung kain yang ada stempelnya itu dalam ukuran kain kita.

Kain Velvet


Budget Kain

Segala elemen pernikahan memang harus diperhitungkan. Mana yang menjadi prioritas dan mana yang bukan, salah satunya adalah kain. Kain memang diperlukan, tetapi bukan sebuah prioritas. Nggak perlu muluk memilih kain, berikan budget yang sewajarnya aja. Seperti yang saya bilang tadi, banyak jalan menuju Roma. Berhematlah untuk hal yang bukan menjadi prioritas. Untuk sebuah kain polos dengan kualitas bagus Rp. 35.000/m aja udah cukup. Belikan aja 3m kain untuk masing-masing orang. Budget Rp. 100.000 cukup untuk membuat sebuah dress yang cantik.

Kalau dilihat, Rp. 100.000/orang memang kelihatan ringan, tapi diingat lagi, ada berapa orang yang mau diberikan kain sebagai seragam. Keluarga mempelai pria dan wanita, tentunya sudah lebih dari 10 orang bukan?

Pilih Kelompok Keluarga yang Diberi Kain

Menurut pendapat saya, bagian keluarga yang wajib diberikan kain hanyalah saudara dari ayah dan ibu aja. Cukup. Karena Beliau adalah keluarga secara langsung. Menjadi bagian dari tumbuh kembang kita. Tapi, kalau ada budget lebih, boleh kok membagikan untuk saudara sepupu. Biar keliatan banya saudaranya kalau foto. Ya nggak?

Untuk kesekian kalinya, jangan membuang uang untuk hal-hal yang tidak menjadi prioritas. Semua orang maklum kok untuk kekurangan yang mungkin saja terjadi dalam pesta pernikahan :)

Comments

Popular posts from this blog

#WEDDINGPREPARATION: Beli atau Pake Vendor Hias Seserahan?

Sekarang pernikahan menjadi sebuah industri besar yang juga menjadi penyumbang pergerakan ekonomi Indonesia. Gimana nggak, setiap elemen dari pernikahan menjadi ladang bisnis yang tumbuh subur. Dengan iming-iming, "supaya bagus kalo di upload di instagram" atau "sekali seumur hidup", maka calon pengantin pun dengan rela, ikhlas dan kesanggupan hati menyerahkan seluruh harta dan saldo di rekening kepada vendor pernikahan. Ckckckckckck Pesta cuma sehari-semalam, rela gitu dikeesokan hari kita jadi miskin berkepanjangan? Salah satu elemen pernikahan yang dilirik oleh calon pengantin adalah jasa hias baki seserahan atau hantaran. Bagi capeng yang bekerja full day (kaya saya), mungkin menggunakan vendor hias baki adalah salah satu cara paling mudah untuk menghemat waktu dan tenaga, hihihi. Tapi hal ini bisa dipertimbangkan lagi sih. Awalnya saya mempertimbangkan untuk membeli baki dan menghiasnya sendiri. Saya pun akhirnya membeli baki di Pasar Atom

#WEDDINGPREPARATION : Rekomendasi Hotel Paling Dekat Pasar Atom

1 September lalu saya putuskan untuk mulai melengkapi segala kebutuhan perlengkapan pernikahan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Saya pergi di saat long weekend dengan izin terlambat masuk satu jam di hari kerja berikutnya. Puji Tuhan, bos saya baik HAHA. Karena akan banyak menghabiskan waktu di sekitar Pasar Atom, Pusat Grosir Surabaya dan Jembatan Merah Plaza, maka saya memutuskan untuk menginap di Pop Hotel .  Lokasinya persis dibelakang Pasar Atom, jadi cuma melangkah setempongan doang udah nyampe. Pokoknya dijamin bisa merajai Pasar Atom deh kalo nginep sini. Jam 10.00 WIB mulai beroperasi, jam segitu juga saya udah nongkrong disana, hihihi. Interior Pop Hotel terkesan dinamis dan eco green banget yah, hihihi. Nah, enaknya di hotel ini, kalau kalian duduk di lobby, suer, anginnya kenceng banget. Ibarat kata nih, kalau pake dress, itu rok mungkin akan sampe terbang-terbang saking kenceng anginnya. Entah kenapa bisa ada angin sekenceng itu, padahal Surabay

Pernikahan?

Setiap kita pasti penasaran, dengan siapakah kelak akan menghabiskan masa tua bersama? Siapa yang akan menjadi teman dalam menghadapi suka dan duka di sisa usia. Dari zaman dulu hingga kini, pernikahan seringkali dianggap sebagai sebuah solusi dari masalah. Malas kuliah? Nikah. Malas kerja? Nikah. Malas skripsi? Nikah. Punya utang? Nikah. Emangnya laki-laki itu porter? Yang tugasnya memikul bebanmu? Bukan Menurut saya, pernikahan bukanlah pelimpahan beban hidup, melainkan sebenarnya adalah  sharing  beban. Beban mu dan bebannya menjadi satu, dihadapi oleh dua kepala, makanya orang bijak bilang, masalah kalau dihadapi oleh dua kepala pasti akan ringan. Tapi, apakah perempuan selemah itu hingga kita butuh laki-laki untuk menyelesaikan masalah? Apakah perempuan se-penakut itu sehingga menghindari masalah yang ia buat sendiri? Kita tumbuh dengan hak dan kewajiban yang sama. Kita sekolah, beribadah, kerja dan bayar pajak yang sama. Tapi kenapa kita menolak untuk memiliki beban